Jumat, 25 Mei 2012

blended learning


Blended learning merupakan metode pembelajaran yang mengkombinasikan antara metode belajar yang modern dan yang seperti biasa kita lakukan di dalam kelas.
Blended learning ini di dukung oleh peranan teknologi yang berkembang saat ini, seperti internet, video conference, dan lain-lain , yang memungkinkan terjadinya interaksi
Blended learning ini dilakukan apabila :
• Proses belajar mengajar tidak hanya tatap muka, namun menambah waktu pembelajaran dengan
  memanfaatkan teknologi dunia maya.
• Mempermudah dan mempercepat proses komunikasi non-stop antara pengajar dan siswa.
• Siswa dan pengajar dapat diposisikan sebagai pihak yang belajar.
• Membantu proses percepatan pengajaran.

Perkembangan teknologi informasi yang sangat pesat dewasa ini, khususnya perkembangan teknologi internet turut mendorong berkembangnya konsep pembelajaran ini. Teknologi internet yang selalu dapat diakses kapan saja, dimana saja, multiuser serta menawarkan segala kemudahannya telah menjadikan internet suatu media yang sangat tepat bagi perkembangan pendidikan selanjutnya. Hal ini lah mengapa untuk saat ini sistem pembelajaran secara blended learning sangat baik di terapkan di Indonesia agar dapat meningkatkan kualitas pengajaran di indonesia.
Metode ini sendiri masih memiliki beberapa kelemahan seperti :
• Media yang dibutuhkan sangat beragam, sehingga sulit diterapkan apabila sarana dan prasarana tidak mendukung.
• Tidak meratanya fasilitas yang dimiliki pelajar, seperti komputer/laptop dan akses internet. Padahal dalam blended learning diperlukan akses internet yang memadai, apabila jaringan kurang memadai akan menyulitkan peserta dalam mengikuti pembelajaran via online.
• Kurangnya pengetahuan masyarakat terhadap penggunaan teknologi

PENDIDIKAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS


Anak Berkebutuhan Khusus adalah mereka yang memiliki tingkat kesulitan dalam mengikuti proses pembelajaran karena kelainan fisik, emosional, mental, sosial, dan/atau memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa.
Anak berkebutuhan khusus yang paling banyak mendapat perhatian guru menurut Kauffman dan Hallahan antara lain sebagai berikut :
Anak tunanetra
Anak tunarunguwicara
Tunagrahita ( mental retardation )
Anak berkesulitan belajar ( learning disabilities )
Hyperactive
Anak tunalaras
Anak autistic
Anak tunadaksa ( physical disability )
Anak tunaganda ( multiple handicapped )
Anak berbakat ( gifted and special talents )
Anak tunanetra adalah anak yang mengalami gangguan penglihatan atau ketidak fungsiannya indra penglihatan secara normal sehingga memerlukan layanan pendidikan khusus.Bervariasinya kelainan penglihatan pada anak tunanetra, menuntut adanya pengelolaan yang cermat dalam mengidentifikasi kekurangan dan kelebihan yang dimilikinya. Hal ini penting dalam upaya menentukan apa yang dibutuhkan dapat mendapatkan pelayanan pendidikan sesuai dengan kemampuan dan keadaannya.

Anak tunarungu adalah anak yang mengalami gangguan pendengaran atau kehilangan pendengaran yang diakibatkan oleh ketidak fungsinya sebagian atau seluruh indra pendengaran dimana tingkat ketajaman pendengarannya tidak sesuai dengan keadaan yang sebenarnya sehingga dibutuhkan suatu layanan pendidikan khusus.

Anak tunagrahita adalah anak yang mengalami keterbelakangan intelegensi di bawah rata-rata sedemikian rupa sehingga kurang mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan.
klasifikasi menurut tingkat kecerdasan :
IQ antara 51 s/d 70 termasuk tunagrahita ringan ( mampu didik/debil )
anak ini mempunyai kemampuan untuk berkembang dalam bidang pelajaran akademik, penyesuaian sosial dan kemampuan bekerja.
IQ antara 31 s/d 50 termasuk tunagrahita sedang ( mampu latih/embisil )
anak ini mempunyai kemampuan intelektual dan adaptasi perilaku di bawah tunagrahita ringan.
IQ di bawah 30 termasuk tunagrahita berat ( mampu rawat / idiot ) dan sangat berat. Anak ini sulit mencapai keterampilan hidup yang diharapakan secara normal.

Anak tunadaksa adalah anak yang mengalami cacat tubuh/kerusakan tubuh atau anak yang mengalami gangguan fisik dan kesehatan dari tingkat ringan sampai dengan tingkat berat dan sangat berat

Anak tunalaras adalah anak yang berumur antara 6-17 tahun dengan karakteristik bahwa anak tersebut mengalami gangguan/hambatan emosi dan berkelainan tingkah laku sehingga kurang dapat menyesuaikan diri dengan baik terhadap lingkungan keluarga,sekolah dan masyarakat.
Tunalaras ada 4 jenis yaitu :
Tunalaras social ( socially maladjustek ) = anak yang tidak dapat menyesuaikan diri secara social, kita sebut dengan anak nakal.
Tunalaras emosi ( emotional disturbed ) = anak yang mengalami gangguan emosi seperti terlalu penakut, penalu dan minder yang berlebihan
Hiperaktif adalah anak yang aktifitasnya berlebihan anak sulit untuk diam dan tidak konsentrasi
Autis adalah anak yang hidup didunianya sendiri sehingga anak tersebut terputus komunikasinya dengan lingkungannya.
Anak berkesulitan belajar (Learning disability) Anak yang berprestasi rendah (underachievers) umumnya kita temui disekolah karena mereka pada umumnya tidak mampu menguasai bidang studi tertentu yang diprogramkan oleh guru berdasarkan kurikulum yang berlaku.
Anak berbakat adalah anak yang menunjukkan fakta adanya kemampuan penampilan yang tinggi dalam bidang-bidang intelektual, kreatif, seni, kapasitas tinggi dalam bidang-bidang akademik khusus, dan yang memerlukan pelayanan-pelayanan atau aktifitas-aktifitas yang tidak bisa disediakan oleh sekolah agar tiap kemampuan berkembang secara penuh.
Strategi Pembelajaran Bagi Anak Berkebutuhan Khusus
Anak berkebutuhan khusus (ABK) ini ada dua kelompok, yaitu: ABK temporer (sementara) dan permanen (tetap). Adapun yang termasuk kategori ABK temporer meliputi: anak-anak yang berada di lapisan strata sosial ekonomi yang paling bawah, anak-anak jalanan (anjal), anak-anak korban bencana alam, anak-anak di daerah perbatasan dan di pulau terpencil, serta anak-anak yang menjadi korban HIV-AIDS. Sedangkan yang termasuk kategori ABK permanen adalah anak-anak tunanetra, tunarungu, tunagrahita, tunadaksa, tunalaras, Autis, ADHD (Attention Deficiency and Hiperactivity Disorders), Anak Berkesulitan Belajar, Anak berbakat dan sangat cerdas (Gifted), dan lain-lain.
Untuk menangani ABK tersebut dalam setting pendidikan inklusif di Indonesia, tentu memerlukan strategi khusus. Pendidikan inklusi mempunyai pengertian yang beragam. Stainback dan Stainback (1990) mengemukakan bahwa: sekolah inklusi adalah sekolah yang menampung semua siswa di kelas yang sama. Sekolah ini menyediakan program pendidikan yang layak, menantang, tetapi sesuai dengan kemampuan dan kebutuhan setiap siswa, maupun bantuan dan dukungan yang dapat diberikan oleh para guru agar anak-anak berhasil. Lebih dari itu, sekolah inklusi juga merupakan tempat setiap anak dapat diterima, menjadi bagian dari kelas tersebut, dan saling membantu dengan guru dan teman sebayanya, maupun anggota masyarakat lain agar kebutuhan individualnya dapat terpenuhi. Selanjutnya, Staub dan Peck (1995) menyatakan bahwa: pendidikan inklusi adalah penempatan anak berkelainan tingkat ringan, sedang, dan berat secara penuh di kelas reguler. Hal ini menunjukkan bahwa kelas reguler merupakan tempat belajar yang relevan bagi anak berkelainan, apapun jenis kelainannya dan bagaimanapun gradasinya. Sementara itu, Sapon-Shevin (O’Neil, 1995) menyatakan bahwa pendidikan inklusi sebagai sistem layanan pendidikan yang mempersyaratkan agar semua anak berkelainan dilayani di sekolah-sekolah terdekat, di kelas reguler bersama-sama teman seusianya. Oleh karena itu, ditekankan adanya perombakan sekolah, sehingga menjadi komunitas yang mendukung pemenuhan kebutuhan khusus setiap anak, sehingga sumber belajar menjadi memadai dan mendapat dukungan dari semua pihak, yaitu para siswa, guru, orang tua, dan masyarakat sekitarnya.
Melalui pendidikan inklusi, anak berkelainan dididik bersama-sama anak lainnya (normal) untuk mengoptimalkan potensi yang dimilikinya (Freiberg, 1995). Hal ini dilandasi oleh kenyataan bahwa di dalam masyarakat terdapat anak normal dan anak berkelainan yang tidak dapat dipisahkan sebagai suatu komunitas.
Dalam hal ini, ada empat strategi pokok yang diterapkan pemerintah, yaitu: peraturan perundang-undangan yang menyatakan jaminan kepada setiap warga negara Indonesia (termasuk ABK temporer dan permanen) untuk memperoleh pelayanan pendidikan, memasukkan aspek fleksibilitas dan aksesibilitas ke dalam sistem pendidikan pada jalur formal, nonformal, dan informal. Selain itu, menerapkan pendidikan berbasis teknologi informasi dan komunikasi (TIK) dan mengoptimalkan peranan guru.
Di bawah ini beberapa strategi pembelajaran bagi anak berkebutuhan khusus:
1. Strategi pembelajaran bagi anak tunanetra
Strategi pembelajaran pada dasarnya adalah pendayagunaan secara tepat dan optimal dari semua komponen yang terlibat dalam proses pembelajaran yang meliputi tujuan, materi pelajaran, media, metode, siswa, guru, lingkungan belajar dan evaluasi sehingga proses pembelajaran berjalan dengan efektif dan efesien. Beberapa hal yang dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam menentukan strategi pembelajaran , antara lain:
  1. Berdasarkan pengolahan pesan terdapat dua strategi yaitu strategi pembelajaran deduktif dan induktf.
  2. Berdasarkan pihak pengolah pesan yaitu strategi pembelajaran ekspositorik dan heuristic.
  3. Berdasarkan pengaturan guru yaitu strategi pembelajaran dengan seorang guru dan beregu.
  4. Berdasarkan jumlah siswa yaitu strategi klasikal, kelompok kecil dan individual.
  5. Beradsarkan interaksi guru dan siswa yaitu strategi tatap muka, dan melalui media.
Selain strategi yang telah disebutkan di atas, ada strategi lain yang dapat diterapkan yaitu strategi individualisasi, kooperatif dan modifikasi perilaku.
2. Strategi pembelajaran bagi anak berbakat
Strategi pembelajaran yang sesuai denagan kebutuhan anak berbakat akan mendorong anak tersebut untuk berprestasi. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam meneentukan strategi pembelajaran adalah :
  1. Pembelajaran harus diwarnai dengan kecepatan dan tingkat kompleksitas.
  2. Tidak hanya mengembangkan kecerdasan intelektual semata tetapi juga mengembangkan kecerdasan emosional.
  3. Berorientasi pada modifikasi proses, content dan produk.
Model-model layanan yang bias diberikan pada anak berbakat yaitu model layanan perkembangan kognitif-afektif, nilai, moral, kreativitas dan bidang khusus.
   3. Strategi pembelajaran bagi anak tunagrahita
Strtegi pembelajaran anak tunagrahita ringan yang belajar di sekolah umum akan berbeda dengan strategi anak tunagrahita yang belajar di sekolah luar biasa. Strategi yang dapat digunakan dalam mengajar anak tunagrahita antara lain;
  1. Strategi pembelajaran yang diindividualisasikan
  2. Strategi kooperatif
  3. Strategi modifikasi tingkah laku
4. Strategi pembelajaran bagi anak tunadaksa
Strategi yang bias diterapkan bagi anak tunadaksa yaitu melalui pengorganisasian tempat pendidikan, sebagai berikut:
  1. Pendidikan integrasi (terpadu)
  2. Pendidikan segresi (terpisah)
  3. Penataan lingkungan belajar
5. Strategi pembelajaran bagi anak tunalaras
Untuk memberikan layanan kepada anak tunalaras, Kauffman (1985) mengemukakan model-model pendekatan sebagai berikut;
  1. Model biogenetic
  2. Model behavioral/tingkah laku
  3. Model psikodinamika
  4. Model ekologis
6. Strategi pembelajaran bagi anak dengan kesulitan belajar
1.     Anak berkesulitan belajar membaca yaitu melalui program delivery dan remedial teaching
2.    Anak berkesulitan belajar menulis yaitu melalui remedial sesuai dengan tingkat kesalahan.
3.    Anak berkesulitan belajar berhitung yaitu melalui program remidi yang sistematis sesuai dengan urutan dari tingkat konkret, semi konkret dan tingkat abstrak.
7. Strategi pembelajaran bagi anak tunarungu
Strategi yang biasa digunakan untuk anak tunarungu antara lain: strategi deduktif, induktif, heuristic, ekspositorik, klasikal, kelompok, individual, kooperatif dan modifikasi perilaku.

TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN


   KELOMPOK 20 :

  1.   Persinggungan antara teknologi dan pendidikan
Teknologi merupakan bagian dari pendidikan dan sebagai sarana untuk mendapatkan pendidikan , informasi atau pengetahuan. Teknologi dan pendidikan saling berhubungan. Pada zaman sekarang ini, pendidikan sangat diharuskan untuk didampingi oleh teknologi, dikarnakan dalam penelitian oleh National Assesment of Educational Progress (NAEP), murid di grade 4, 8, dan 12 yang menggunakan internet dirumah mendapatkan nilai sains yang lebih tinggi ketimbang mereka yang tidak menggunakan internet. Selain internet, teknologi yang lain yang sekarang lazim dilihat pada kebanyakan sekolah-sekolah dan perguruan tinggi seperti laptop atau computer, lab, dan sebagainya merupakan componen-komponen yang wajib ada disekolah atau perguruan tinggi karena ini merupakan hal yang penting.

2.      Bagaimana pengggunaan internet di  kelas dan perbandingannya dalam  pendidikan di     Indonesia dan pendidikan luar negeri.
Cara efektif untuk menggunakan Internet di dalam kelas, antara lain:
a.       Untuk  membantu menavigasi dan mengintegrasikan pengetahuan.
Internet punya database informasi besar tentang berbagai topik yang diorganisasaikan dalam banyak cara yang berbeda. Saat murid mengeksplorasi sumber – sumber internet, mereka bisa menempatkan sendiri karya mereka dalam riset dengan menyusun proyek yang mengintegrasikan informasi dari beragam sumber.

b.      Mendorong belajar bersama.
Salah satu cara yang paling efektif untuk menggunakan internet di kelas ialah melalui aktivitas proyek atau tugas untuk kelompok yang kecil. Internet memiliki banyak informasi yang berbeda – beda yang dapat dimanfaatkan kelompok untuk memperbaiki tugas atau penelitian mereka

c.       Menggunakan e-mail.
Makin banyak tugas inovatif menggunakan e-mail. Murid juga dapat berkomunikasi satu sama lain. Dalam proyek Global Lab, kelas di seluruh dunia saling terkoneksi dan murid di suatu negara dapat berkomunikasi via e-mail dengan murid di sejumlah negara lainnya. Proyek Global Lab disusun sebagai jaringan laboratorium ilmu pengetahuan.

d.      Meningkatkan pengetahuan dan pemahaman guru.
Oleh sebab itu internet di kelas perlu diterapkan agar pengetahuan dan pemahaman  murid – murid semakin luas akan dunia yang belum pernah diketahuinya. sehingga, pembelajaran di sekolah dapat lebih diterima dengan sempurna.
Perbandingan penggunaan internet dalam pendidikan di Indonesia dan pendidikan luar negeri antara lain:
Standart penggunaan teknologi untuk murid di Amerika menurut Internasional Society for Techonologi in Education bekerja sama dengan US Department of education.
  •    Pra -  taman kanak-kanak sampai Grade dua :
     Di amerika, telah dapat menggunakan alat input dalam mengoperasikan computer. Sedangkan di Indonesia pada tingkat tersebut masih banyak yang belum menggunakan computer maupun internet.
  •    Grade 3 sampai 5 :
Di Amerika , berdiskusi dengan menggunakan teknologi dan dapat menggunakan alat teknologi seperti multimedia, alat persentasi, alat web, kamera digital dan scanner. Untuk kegiatan menulis , berkomunikasi, dan mempublikasikan aktivitas individual dan harus dapat menggunakan telekomunikasi dan sumber daya online seperti email , diskusi online dan web untuk berpartisipasi dalam proses pembelajaran dan mereka dituntut dalam  menggunakan sumber daya  teknologi seoerti kalkulator, alat pengumpul data , video dan software pendidikan untuk memecahkan masalah . sedangkan, di Indonesia pada tingkat pendidikan tersebut masih banyak yang belum menggunakannya.
  •       Grade 6 sampai 8 :
Di Amerika , pengetahuan tentang perubahan dalam teknologi informasi dan efeknya terhadap lapangan  kerja, mendesain, mengembangkan dan mempublikasikan serta memaparkan produk seperti halaman web dan rekaman video, meneliti dan evalusasi dan akurasi , relevansi dan bias dari sumber informasi elektronik yang berkaitan dengan masalah dunia nyata. Sedangkan di Indonesia, pada tingkat pendidikan tersebut kebanyakan murid, baru mengenal computer dan berinteraksi dengan computer dan belum benar0benar diterapkan dalam dunia pendidikan.
  •    Grade 9 sampai 12 :
di Amerika, menggunakan sumber daya teknologi untuk mengelola dan mengkomunikasikan informasi personal dan professional seperti keuangan , jadwal , alamat, pembelian dan korespondensi menggunakan informasi online secara rutin untuk riset, publikasi, komunikasi, dan produktifitas serta memilih dan mengaplikasikan alat teknologi untuk riset, analisis informasi dan pemecahan masalah dalam materi. Sedangkan di Indonesia , pada tingkat pendidikan tersebut sebagian besar murid, naru dapat menggunakan alat teknologi seperti multimedia, alat persentasi, alat web, kamera digital, scennar, email dan diskusi online dan web

Seperti yang dapat kita lihat dalam perbandingan tersebut, pendidikan teknologi di Indonesia sangat jauh tertinggal dibanding di Amerika. Hal ini disebabkan selain dari kurangnya guru atau pendidikan yang mengerti mengoperasikan teknologi, kurangnya perhatian pemerintah terhadap pendidikan sehingga para guru atau pendidik tidak mendapatkan ilmu untuk mengoperasikan teknologi.

3.      Apa yang dimaksud dengan Ubiquitous computing dan pandangan kelompok sebagai mahasiswa yang sedang mempelajari mata kuliah Psikologi Pendidikan:
Ubiquitous computing adalah generasi computer yang akan dating, dimana generasi ini menekankan distribusi computer kelingkungan , ketimbang ke personal. Dalam lingkungan ini teknologi akan menjadi latar belakang pada zaman sekarang, kita mulai memasuki zaman ubiquitous computing yang mana sudah banyak terdapat perangkat computer yang kecil, portable, mobile dan harganya murah yang telah menggantikan computer pribadi pada generasi kedua ubiquitous adalah kebalikan dari realitas virtual. Jika realita virtual menempatkan orang didalam dunia yang diciptakan computer. Ubiquitous computing akan memaksa computer eksis didunia manusia. Perangkat computer ini lebih cocok untuk pendidikan karena dipasangkan dengan jaringan murah, dapat memampukan murid untuk membawa perangkat informasi personal kelapangan untuk membantu mengerjakan suatu tugas dan bias dibawa pulang dan dapat digunakan tanpa dibatasi lokasi.

Daftar Pustaka
Santrock, John W.2004.Psikologi Pendidikan.Kencana.Jakarta
Munir.2008.Kurikulum Berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi.Alfabeta.Bandung